Topeng Monyet, Pertunjukan Seni Tradisional yang Sudah Sangat Langka Ditemui


Topeng Monyet,  pertunjukan seni tradisional ini saat ini sudah sangat langka ditemui pasalnya kerap kali pertunjukan ini terkesan mengeksploitasi beberapa hewan di sisi lain pertunjukan seni ini menjadi salah satu sumber perekonomian beberapa masyarakat kelas bawah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi menurut saya selama tidak ada tindakan penyiksaan terhadap hewan, pertunjukan ini tidaklah termasuk dalam kategori mengeksploitasi hewan. Karena ini hampir sama dengan pertunjukan sirkus keliling dengan skala kecil sehingga kasihan sekali jika pertunjukan sirkus mendapatkan ijin resmi sedangkan topeng monyet kemudian dilarang. Tetapi sebaiknya pemerintah juga mengeluarkan semacam sertifikat ijin untuk beberapa orang yang memelihara hewan ini untuk memberikan perlindungan baik kepada hewan dan orang yang memeliharanya untuk sumber penghasilan.

Selain di Indonesia, pertunjukan topeng monyet juga dapat dijumpai di India, Pakistan, Thailand, Vietnam, Tiongkok, Kamboja, Jepang, dan Korea. Jenis kesenian ini melibatkan seorang pawang yang melatih monyetnya untuk melakukan berbagai aktivitas yang meniru tingkah laku manusia, misalnya mengenakan pakaian, berdandan dan pergi belanja. Monyet yang digunakan di Indonesia biasanya adalah spesies Macaca Fascicularis atau biasa disebut juga crab eating monkey atau long tailed monkey.

Monyet yang melakukan atraksi-atraksi ini diiringi dengan musik yang dimainkan olah satu atau beberapa orang. Alat musik yang dimainkan biasanya berupa gendang kecil yang dimainkan dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang tali pengikat monyet. Pertunjukan ini dimainkan secara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di daerah kawasan permukiman. Penontonnya kebanyakan anak-anak. Karena itu, kedatangan rombongan topeng monyet selalu disambut gembira oleh anak-anak. Kegembiraan anak-anak ini menjadi rezeki bagi rombongan topeng monyet. Uang saweran dari warga merupakan sumber nafkah mereka menghidupi keluarga.

Comments