Strategi Investasi Saham: Pilih Value Investing atau Growth Investing?

Strategi investasi saham bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti toleransi risiko, tujuan investasi, jangka waktu, dan kondisi pasar. Secara umum strategi dalam investasi saham terbagi menjadi 2 yaitu value investing dan growth investing.


Value Investing

Value investing adalah sebuah pendekatan dalam investasi saham dimana seorang investor akan mencari saham perusahaan yang memiliki fundamental yang baik namun diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya atau sering disebut undervalued. Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari suatu saham. Harga saham yang tercatat di Bursa tentunya tidak sama dengan nilai intrinsik. Jika harga saham naik atau turun dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di pasar sedangkan nilai intrinsik harus dicari dengan memperhitungkan berbagai faktor fundamental dari perusahan. 

Prinsip dasar value investing  adalah membeli sebuah produk bagus pada saat harganya sedang diskon atau murah. Namun, sekali lagi agar tidak salah kaprah dengan definisi “murah”, arti dari “murah” disini tidak hanya soal harganya saja tetapi soal nilai valuasi saham tersebut. Ada beberapa tokoh terkenal yang menerapkan strategi value investing seperti Warren Buffet, Benjamin Graham, Charlie Munger dan Seth Klarman. Dalam penerapan strategi value investing, terdapat beberapa indikator yang bisa digunakan oleh investor untuk mengetahui apakah suatu saham dapat dikatakan undervalued atau malah overvalued

Indikator Value Investing, diantaranya: 

  1. Price to Earning Ratio (PER), membandingkan antara harga saham saat ini dengan EPS (earning per share). EPS diperoleh dari membagi laba perusahaan dengan jumlah saham beredar.  Sebuah saham dapat disimpulkan undervalued jika memiliki PER yang lebih rendah dibandingkan dengan PER saham lain di industri sejenis. Beberapa literatur juga mengatakan jika PER suatu perusahaan < 10x maka tergolong murah. 
  2. Price to Book Ratio (PBV), membandingkan harga saham saat ini dengan nilai buku perusahaan, dimana nilai buku diperoleh dari membagi total ekuitas perusahaan dengan jumlah saham beredar. Umumnya, jika PBV < 1 berarti saham tersebut undervalued dan sebaliknya. 


Growth Investing

Growth Investing adalah sebuah pendekatan dalam investasi saham dimana seorang investor akan fokus mencari perusahaan yang memiliki pertumbuhan potensial dimana pendapatan juga laba dapat tumbuh tinggi di masa yang akan datang. Pembelian saham dengan strategi growth investing tidak selalu terpaku dengan mahal atau murahnya harga saham, karena memang fokus utamanya adalah pertumbuhan perusahaan. Investor akan tetap membeli meski dari sisi valuasinya sudah cenderung mahal. Seorang growth investor  umumnya akan memperhatikan pertumbuhan profitabilitas perusahaan dengan tolak ukur setidaknya 5 sampai 10 tahun terakhir. Salah satu tokoh terkenal yang juga menerapkan strategi growth investing adalah Peter Lynch. 

Indikator Growth Investing, diantaranya: 

  1. Earning Per Share (EPS) atau laba per saham, perusahaan yang memiliki pertumbuhan bagus identik dengan EPS yang kuat dan konsisten mengalami kenaikan setiap tahunnya. 
  2. Return on Equity  (ROE), perusahan yang memiliki prospek positif dapat dicermati dari nilai ROE yang mampu bertumbuh atau setidaknya stabil. 
  3. Profit Margin, apabila perusahaan mampu menghasilkan profit margin yang besar dan konsisten setiap tahunnya, maka saham perusahaan tersebut layak untuk dibeli.

Saran
Jika anda mencoba untuk membandingkan antara strategi Value Investing dan Growth Investing, maka 2 strategi ini sama baiknya untuk dicoba. Mempelajari kondisi dan fundamental suatu emiten sangat penting dalam menentukan apakah emiten ini lebih tepat untuk diterapkan strategi Value Investing atau Growth Investing. Prinsip investasi "Jangan taruh telor dalam 1 keranjang" jadi jangan berinvestasi hanya pada 1 emiten, berinvestasilah pada beberapa emiten. Dan masing-masing emiten memiliki kecocokan tersendiri dengan jenis strategi investasi yang akan kita gunakan.



Comments